Pengaruh Buruk Televisi atau Tv - Dampak Kemajuan Audio Visual

Portal Jurnalis,- Benarkah bahwa kebudayaan audiovisual tidak membawa perkembangan sama sekali ? sekiranya begitu berarti kebudayaan menulis adalah puncak segala kebudayaan yang sempat di rasakan umat manusia. Sistem sekolah yang berlaku di kebanyakan negara memiliki pemisalan yang demikian. Oleh karena itu, bersentuhan dengan pertanyaan kita sekiranya penting melihat kembali kepincangan-kepincangan yang telah terjadi di masyarakat yang dikuasai oleh kebudayaan tulis menulis.

     Dalam sejarah media kita dapat memperhatikan bahwa dengan adanya teknologi baru, tidak berarti teknologi yang sudah ada harus disingkirkan, melainkan teknologi yang sudah ada tersebut hidup terus bergandengan dengan teknologi yang baru. Oleh karena itu untuk menilai apakah ada kemajuan atau kemunduran, kita tidak boleh melihat kebudayaan audiovisual terpisah dari kebudayaan yang mendahuluinya. Lihatlah dia sebagai pelengkap. 


     Dari pemaparan diatas kita tidak dapat secara seenaknya serta merta menuduh media televisi membawa dampak negatif serta sebagai pembawa kemerosotan kebudayaan teknologi. Masing-masing kebudayaan memiliki suatu kelebihan atau keunggulan, dan kebudayaan satu dengan yang lainn harusnya saling mendukung.

Meskipun begitu  dampak negatif atau pengaruh buruk televisi memang ada dan kita harus pintar pintar untuk mengatasi dampak tersebut ! Adapun dampak buruk dari Televisi yaitu,

  1. Ketergantungan dan kurang kreatif.
  2. Konsentrasi menjadi terganggu.
  3. Prilaku dan kebiasan berubah.
  4. Sulit atau sukar untuk disuruh.
  5. Mudah melawan atau juga sama dengan tidak mau disuruh suruh.
  6. Memiliki pribadi yang malas.
  7. Tidak ingat atau Lupa waktu
    Dalam kenyataan warga indonesia tergolong dalam kategori views society, yaitu suatu keadaan dimana kegiatan menonton lebih di tonjolkan di banding lainnya, misalnya norma membaca. Dengan tingkat buta huruf yanh semakin tidak tinggi masyarakat kita belum berada pada posisi reading society, sehingga materi bacaan belum menjadi kebutuhan pokok. Jika di negara-negara maju menetapkan standar best seller sampai jutaan kopi (eksemplar), di indonesia masih di angka 10000  kopi. Artinya, kalau sebuah buku telah bisa terjual hingga sepuluh ribu  kopi maka di anggap sudah best seller.

Menyaksikan kenyataan yang begitu mau tidak mau kita tidak bisa secara sekaligus menghilangkan atau menghancurkan dampak buruk televisi seperti anjuran jerry mander. Apalagi kalau di kaitkan dengan level aspresiasi warga kita yang lebih memilih menonton daripada membaca. Apalah bentuknya, dari acara pemberitaan sampai goyang inul daratista. Seperti kata jerry mander juga bahwa warga sulit untuk di ajak berpikir. Mereka lebih bahagia untuk di berikan hiburan hiburan.

Comments

Post a Comment